Sabtu, 22 Maret 2014

RESUME BUKU MEMBINA ANGKATAN MUJAHID




JUDUL BUKU : MEMBINA  ANGKATAN MUJAHID
Penulis : SA’ID HAWWA



            Dalam buku ini Said Hawwa menyajikan dasar pemikiran Hasan Albanna  tentang urgensi dakwah dan langkah-langkah dakwah. Isi buku ini dinukilkan dari pemikiran Hasan Al Banna  tentang risalah Ta’alim.
PENDAHULUAN
Risalah Ta’lim hadir dengan penjelasan tentang batasan-batasan bai’at yang yang dibutuhkan dewasa ini, bahwa ia adalah :
1. Bai’at untuk memahami islam secara benar
2. Bai’at untuk berikhlas
3. Bai’at untuk beraktivitas
4. Bai’at untuk melakukan jihad
5. Bai’at untuk berkorban dengan segala yang dimiliki
6. Bai’at untuk taat
7. Bai’at untuk tegar
8. Bai’at untuk memberikan loyalitas total bagi dakwah ini
9. Bai’at untuk berukhuwah
10. Bai’at untuk tsiqoh
Islam tidak akan bangkit tanpa kelompok semacam ini. Kelompok semacam ini tidak akan mampu melaksanakan syarat-syarat kebangkitan kecuali jika mereka memiliki komitmen penuh dengan risalah ini, yakni komitmen terhadap rukun-rukun bai’at dan menunaikan kewajiban-kewajibannya.

BAB I
HASAN AL-BANNA PELETAK TEORI GERAKAN ISLAM KONTEMPORER
Hasan Al-Banna adalah sang peletak dasar teori gerakan Islam. Dialah yang telah mengemukakan gagasan yang aplikatif dan dapat diterima oleh setiap muslim dari awal sampai akhirnya. Hasan Al-Banna adalah seorang pembaharu di masa kini, sebagaimana telah disepakati oleh semua orang yang berbicara tentangnya dengan penuh kepahaman dan objektivitas. Boleh jadi, berdasarkan pengalaman, bahwa gagasan modern manapun tentang gerakan islam tidak lepas dari pengaruh ide Hasan Al-Banna. Fikrah Hasan Al-Banna adalah fikrah yang Syamil (komprehensif), yang memnuhi seluruh kebutuhan kita. Sekalipun pernah ada persoalan, namun persoalan tersebut tidak sampai keluar dari prinsip fikrah di perjalanan dakwahnya. Dari semua itu jelas bahwa Hasan Al-Banna, dengan segala produktivitas yang dihasilkannya adalah salah satu personil jamaah pada masa tertentu, yang lalu menebarkan benih dan memliharanya.  
Sebenarnya landasan yang dikemukakan oleh Sayyid Quthub merupakan kelanjutan dan penyempurnaan landasan yang dikemukakan oleh Hasan Al Banna.   
BAB III
KUNCI MEMAHAMI DA’WAH IKHWANUL MUSLIMIN
Berdasarkan hadist yang diriwayatkan  oleh Bukhari-Muslim, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda kepada Khudzaifah, “Hendaklah kamu beriltizam (berkomitmen) dengan jama’ah muslimin dan Imamnya”. Dan inilah kunci pertama untuk memahami dakwah Ikhwanul Muslimin yaitu kewajiban utama bagi setiap muslim adalah beriltizam dengan jama’ah muslimin dan imamnya.
Menegakkan hukum Islam merupakan kewajiban setiap muslim, dan maka hal ini menuntut adanya sebuah jama’ah yang memperjuangkan tujuan tersebut, karena pelaksanaan hukum Islam tidak akan terjadi kecuali dengan adanya jama’ah. Karena Ikhwanul Muslimin telah bekerja untuk tujuan-tujuan ini, maka keberadaan Ikhwanul Muslimin merupakan tuntutan yang harus diperjuangkan, dan inilah kunci kedua untuk memahami Ikhwanul Muslimin.
Ikhwanul Muslimin merupakan partai politik yang berpijak seratus persen pada ajaran Islam dalam segala aktivitasnya. Ikhwan tetap berpandukan pada ajaran Islam, beriltizam dengan Islam, serta lahir sebagai refleksi dari ajaran Islam itu sendiri.
            Pembaharuan dan paham zaman menjadi kata kunci mengetahui dakwah pokok ikhwanul muslimin. Adapun kata kuncinya sebagai berikut :
1. Rasulullah telah mewariskan Al qur’an dan as sunnah yang harus kita pelajari, fahami, dan amalkan.
2.      Proses menghidupkan islam, melalui:
a. Menghidupkan fiqih dusturi (fiqih negara) dan memformat kehidupan islami dengannya
b.    Menghidupkan fiqih anniqabah (system perserikatan dagang)
c.    Menghidupkan qawanin (undang-undang)
d.  Menghidupkan system rumah tanggga islam
e.  Mengembalikan dinamika kehidupan umat islam: menegakkan risalah islam
3.  Menghidupkan system nilai, baik global maupun sektoral. secara dasar (ushul) maupun furu’iyahnya. Jangan sampai ada pemahaman parsial.
Sejumlah prinsip umum dakwah ini agar dengannya kita dapat memahami kunci-kunci lain dari dakwah ikhwan dan permasalahannya:
1.        Ikhwah adalah muslim, kepada islamlah ia bersandar, terhadap islam ia berkomitmen, dan dari islam ia bertitik tolak.
2.        Pendapat para mujtahid, setelah menggali kandungan Al Qur’an, Assunnah dan berdasar pada kaidah-kaidah ushuliyah yang berlaku.
3.         Memelihara opini umum
4.        Ada dua hal yang dapat dicatat berkaitan dengan hal-hal yang dijadikan sebagai pegangan oleh ikhwan. Pertama, ia harus dibenarkan syariat. Kedua, harus sebanding dengan senjata musuh dan dapat mencapai tujuan.
5.        Prinsip yang menjadi pegangan ikhwan dalam kaitan politik luar negeri adalah prinsip maslahah dengan maslahah.
6.        Dalam perjalanannya menuju sebuah wilayah islam bersatu, tidak terlintas dalam hati ikhwan untuk menjadikan berbagai wilayah ini saling mendominasi sesamanya.
7.        Ikhwanul Muslimin ingin menjelaskan kepada semua orang bahwa dalam islam, ada hukum yang dapat berubah mengikuti perubahan masa. Akan tetapi perubahan ini terikat dengan kaidah-kaidah perubahan dalam perspektif islam itu sendiri.
Kita hendaknya memahami permasalahan dakwah kita : memahami dakwah, mendakwahkannya, serta mentarbiyah dan menarik perhatian orang untuk mendukungnya. Dan yang harus disentuhkan kepada semua orang adalah pembicaraan tentang ruh, jiwa, hati, kebutuhan hati akan dinamika, kebutuhan jiwa akan kebersihan, dan kebutuhan ruh akan pengabdian yag ikhlas kepada Allah. Terakhir, kita harus memahami kapasitas intelektual orang yang kita ajak bicara. Kepada seorang sufi yang khusyuk, kepada seorang muslim yang tidak memahami persoalan kita, harus kita pahamkan. Kepada seorang muslim yang beriman tetapi bodoh tentang islam, kita harus mengajarinya pengetahuan tentang islam. Kepada seorang muslim yang berpaham salafi kita jelaskan bahwa dakwah ikhwan adalah dakwah salafiyah. Kepada putra-putra islam yang telah disesatkan oleh musuh-musuh Allah, ia harus disadarkan kembali agar yakin kepada islam. Ketika menghadapi golongan kafir, kita harus memfokuskan perhatian kita pada titik awal yaitu iman kepada Allah, Rasulullah serta Al Qur’an.
BAB III
TANGGUNG JAWAB BESAR
Tanggung jawab terbesar kita adalah melakukan tajdid (pembaruan) dan naql (alih generasi).
1.    Pertama, ikhwan sebagai sebuah jamaah yang memusatkan perhatian pada pelayanan umum. Kedua, ikhwan sebagai sebuah gerakan pembaruan (ikhwan memahami betul berbagai kebutuhan amal islami dewasa ini). Islam memerlukan sebuah gerakan yang menyeluruh, yang menjadikan seorang muslim bisa merasakan bahwa dirinya muslim, merasakan bahwa kita hidup secara bersama-sama, juga merasakan keterikatan secara umum dengan islam dan kaum muslimin, serta merasakan pula ikatan khusus dengannya. Pengenalan islam, dilanjutkan dengan proses takwin kemudian berakhir dengan pelaksanaan secara menyeluruh. Sarana-sarana umum dakwah ini tidak berubah, tidak diganti dan tidak akan melampaui tiga hal berikut : iman yang mendalam, pembinaan yang cermat, dan aktivitas yang tiada putus-putusnya. Dan unsur yang harus ada dalam gerakan ini adalah manhaj yang shahih, mukmin yang aktif serta pemimpin yang tegas serta terpercaya.
2.    Mengubah umat sebagai prolog dari proses mengubah dunia. Orang muslim kini lemah rasa keislamannya dan lemah pula rasa emosi penisbatan dirinya kepada islam. Karena itu, pekerjaan pertama kita adalah membangkitkan perasaan muslim tentang eksistensi keislamannya dan eksistensi kejamaahannya.

BAB VI
TENTANG TUJUAN
Dua tujuan asasi Ikhwan menurut Hasan Al Banna yaitu:
  1. Seluruh tanah air Islam harus harus terbebas dari semua kekuasaan asing, dan ini merupakan hak asasi bagi setiap insan yang tidak dapat diingkari kecuali oleh mereka yang zalim, kejam, dan tiran.
  2. Di atas tanah air yang bebas dan merdeka, harus tegak sebuah Negara (daulah) Islam yang bebas dan merdeka. Daulah yang mengamalkan hukum-hukum Islam, melaksanakan sistem syari’at Islam, memproklamasikan prinsip-prinsip dan nilai-nilai Islam, dan menyampaikan dakwah Islamiyah dengan bijaksana kepada seluruh umat manusia. Selama daulah ini belum tegak, seluruh ummat Islam berdosa dan bertanggung jawab di hadapan Allah Subhanahu Wata’ala atas kealpaan dan kelalaian mereka dalam usaha dalam menegakkan daulah tersebut.
Tujuan Ikhwan secara rinci, antara lain untuk membentuk :
  1. Individu Muslim yaitu individu yang memiliki akidah yang kuat, ibadah yang baik, fikiran yang berilmu pengetahuan, mampu berusaha, kuat jasmani, senantiasa menampilkan dirinya secara sungguh-sungguh, menjaga waktu, mengatur urusan, bermanfaat kepada orang lain, membimbing keluarga supaya menghormati fikrahnya, menjaga tata krama Islam dalam lahiriah keluarganya, pandai memilih isteri, dan pandai mendidik anak agar selaras dengan ajaran Islam
  2. Rumah Tangga Muslim yaitu rumah tangga yang beranggotakan suami isteri yang menyadari hak dan tanggung jawab masing-masing dan beriltizam dengan tanggung jawab tersebut.
  3. Masyarakat Muslim yaitu masyarakat yang menyerahkan dirinya kepada Allah, menjawab seruan kebaikan, memerangi kemungkaran, melaksanakan sifat-sifat kemuliaan, karakteristik Islam dan akhlak rabbani, mewarnai seluruh hidupnya dengan identitas Islam baik lahir maupun bathin, seluruh pemikiran, konsep dan sikapnya bersifat Islami.
  4. Pemerintahan Islam. Ikhwan menghendaki suatu pemerintahan Islam tegak di semua kawasan yang didiami oleh orang-orang Islam. Diantara sifat-sifat Pemerintahan Islam yaitu rasa tanggung jawab, belas kasihan terhadap rakyat, bersikap adil sesama manusia, menahan diri dalam menggunakan harta umum dan menghemat dalam penggunaannya.
Pemerintahan Islam menurut pandangan Imam Hasan Al Banna:
o    Pemerintahan Islam adalah pemerintahan yang beranggotakan orang-orang yang melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah diwajibkan oleh Islam, tidak melakukan maksiat secara terang-terangan, melaksanakan hukum-hukum dan ajaran Islam
o    Jika perlu, tidak dianggap suatu kesalahan mengangkat pegawai-pegawai yang bukan muslim dalam jabatan yang tidak termasuk dalam kategori wilayah umum.
o    Dan tidak ditentukan bentuk dan jenis pemerintahan yang dipilih oleh pemerintahan Islam, selama ia bertepatan dengan kaidah-kaidah umum dalam system pemerintahan Islam
5.      Daulah Islamiyah. Ikhwan menghendaki Daulah Islamiyah sebagai suatu Negara yang dapat memimpin Negara-negara Islam, menyatukan ummat Islam, mengembalikan keagungannya, dapat mengembalikan bumi mereka yang telah hilang dan tanah air mereka yang telah dirampas.
Kewajiban yang dipikul oleh Daulah Islamiyah antara lain:
o  Memimpin Negara-negara Islam
o  Menyatukan Ummat Islam
o  Mengembalikan keagungan Ummat Islam
6.      Tegaknya Daulah dan Khilafah Islamiyah
Ikhwanul Muslimin menginginkan tegaknya sebuah Daulah Islamiyah, atau tegaknya persatuan Negara-negara Islam yang dipimpin oleh seorang Khalifah yang memiliki pemerintah pusat yang satu.
Kewajiban Daulah Islamiyah menurut Hasan Al Banna:
o  Mengamalkan hukum-hukum Islam
o  Melaksanakan sistem masyarakat Islam dengan segala aktivitasnya
o  Memproklamasikan prinsip-prinsip yang jelas dan tahan uji sehingga dengan demikian segala prinsip yang kabur tidak akan berpengaruh
o  Menyampaikan dakwah Islamiyah dengan bijaksana kepada seluruh ummat manusia, sehingga dengan adanya dakwah di permukaan bumi ini, tidak ada manusia yang tidak tersentuh oleh dakwah Islamiyah yang disertai dengan argumentasi yang jelas.
7.      Dunia Seluruhnaya Hanya Tunduk Kepada Alloh SWT.
Alloh berfirman
“ perangilah mereka (orang-orang kafir itu ) agar tidak ada fitnah dan agar agama itu semata-mata bagi Alloh ” (Al-Anfal: 39)
“ Dialah yang mengutus  Rasul_Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, agar dia memenangkanNya di atas segala agama-agama, meskipun orang-orang musyrik benci”
Imam Hasan Al-Banna berkata “ Kemudian Daulah Islamiyah itu mengibarkan panji-panji jihad dan dakwah, sehingga dunia seluruhnya akan menjadi berbahagia dengan ajaran-ajar islam”.

 Dari Ketujuh tujuan ini, tujuan pokoknya adalah menegakkan islam.
Banyak orang beranggapan bahwa dunia akan memusuhi dan memerangi kita lantaran kita membangun dengan menggunakan nama islam. Mereka beranggapan bahwa kita pasti akan menghadapi berbagai macam tekanan sebagai akibatnya. Oleh karena, kita harus membuat batasan minimal pembicaraan tentang islam.
1.    Sistem yang kita kehendaki ialah sistem yang dapat memberikan ketenangan kepada semua bangsa, kecuali mereka yang dzalim. Dan harus memenuho sejumlah karakter berikut :
a.Sistem yang dapat menjamin kedaulatan undang-undang yang adil.
b.Sistem yang di dalamnya terdapat sejumlah poin dengan pola redaksi yang umum untu semua masyarakat (setiap warga negara measa bahwa undang-undang ini adalah undang-undang mereka).
c. Sistem itu harus mempertemukan antara potensi tokoh dan kelurusan manhaj; antara fleksibilitas aturan dan pelayanan yang baik dan segera untuk semua orang.
d.Sistem yang menjadikan setiap warga negara adalah tentara.
e. Sistem yang mewujudkan bagi setiap orang suatu pelayanan dan kemakmuran minimal.
f. Sistem yang dapat mendidik bangsa dengan kesadaran yang paripurna dalam berpolitik.
g.Sistem yang mendapat kepercayaan penuh dari rakyat
h.Sistem yang dapat menyatukan potensi rakyat.
i.Sistem yang dapat membendung semua aksi yang destruktif.
j. Sistem yang tidak membelajakan sepeser pun uang negara kecuali dengan tepat guna dan tepat sasaran.
2. Orang-orang yang beranggapan bahwa penerapan hukum-hukum islam berarti sebuah kemunduran atau penyimpangan dari semangat modernisasi, sesungguhnya merupakan anggapan yang salah dan tertipu.
3. Orang-orang yang beranggapan bahwa penerapan syariat islam berarti merampas berbagai hal yang disenangi dan digemari oleh orang adalah salah satu dari dua golongan : mungkin ia adalah orang yang salah dalam mempersepsi hakikat kesenangan, atau orang yang tidak mengenal islam dengan benar.
4. Orang-orang beranggapan bahwa penerapan islam berarti perampasan kesempatan berkembang dari seseotang, maka anggapan mereka keliru besar.
5. Orang-orang yang takut kepada islam karena menyaksikan keputusasaan seseorang, karena kebencian yang sangat kepada suatu persoalan yang multi interpretasi, atau karena mendengar fatwa seorang tokoh agama yang berpandangan sempit.
6. Orang-orang yang khawatir terhadap serangan dunia apabila kita menerapkan sistem islam, maka kami katakan bahwa dunia sebenarnya memiliki kesiapan untuk dengan realitas bagaimanapun wujudnya.

BAB V
SARANA
1.    Sarana pada Tujuan Pertama
Membentuk individu muslim (murobbi, manhaj dan lingkungan yang sehat). Dalam rangka kematangan individu, seorang akh harus membiasakan diri dengan mengamalkan :
§  wirid wirid harian
§  i’tikaf tahunan yang di program oleh jamaah
§  berkhalwat
§  berdzikir, qiyamullail, dan berakhlah mulia, serta
§  mengikuti berbagai kegiatan ruhiyah dan ilmiah
2.    Sarana pada Tujuan Kedua
Rumah tangga muslim. Sarana-sarananya antara lain:
o  Setiap akh harus memberikan perhatian yang besar terhadap persoalan rumah tangganya.
o  Jamaah harus memberikan hak sewajarnya bagi aktivitas wanita
o  Setiap akh harus memilik istri yang shalihah
o  Setiap akh seyogyanya diikat dengan anak-anaknya, saudara-saudaranya, baik laki-laki maupun perempuan, juga dengan perangkat-perangkat jamaah.
o  Jamaah seharusnya mendirikan unit-unit tertentu guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.
o  Memelihara rumah tangganya dari penyelewengan.
o  Menyelenggarakan majelis-majelis untuk wanita.
o  Pemimpin harus memberikan perhatian secara khusus terhadap buku-buku tentang wanita.
o  Jamaah harus menggalakkan pernikahan di kalangan anggotanya dan mau menikahi para janda.
o  Semua ini harus terwujud sebelum dan sesudah kekuasaan.
3.    Saran pada Tujuan Ketiga
Pembentukan Masyarakat muslim. Dakwah yang haq pertama kali berbicara kepada ruh, lalu membisikan hati, selanjutnya mengetuk pintu-pintu jiwa yang terkunci. Ringkasnya ada dua kalimat : iman dan amal, kasih sayang dan persaudaraan. Dakwah ikhwan berusaha menanamkan iman ke dalam hati umat islam agar menjelma menjadi tingkah laku, dan agar hati berhimpun kepadanya. Jika mereka melakukan hal itu, maka Allah akan mendukung dan memenangkannya, serta menunjukkan selurus-lurusnya jalan kepadanya. Pada kehidupan Rasulullah saw. Ada dua hal yang sangat urgen bagi kita : pertama, berbicara kepada umat manusia dengan menyentuh perasaan mereka bahwa segala kebutuhan pokok dan cita-cita besar mereka akan terwujud dengan islam. Kedua, mendidik shaf untuk memiliki itsar dengan kadar setinggi-tingginya. Kita harus mengkaji umat ini secara keseluruhan, mengkaji apa yang bisa kita berikan menyangkut manfaat dan maslahat atas dasar islam, menumbuhkan kesadaran mereka atasnya, sehingga umat merasa puas hatinya terhadap pemberian kita. Pada sisi lain, shaf harus ditarbiyah agar memiliki niat tulus ikhlas hanya karena Allah semata dan memiliki itsar dalam segala hal.
4.    Sasaran pada Tujuan Keempat
Menegakkan pemerintahan islam di setiap negeri. Hasan Al Banna berkata, ”Ikhwan tidak memperjuangkan pemerintahan islam untuk dirinya sendiri. Jika di tengah umat ada golongan yang siap memikul beban, menunaikan amanat, dan pemerintahan ini menggunakan manhaj islami, maka mereka siap menjadi pasukan dan pembelanya”. Kenyataan menunjukkan bahwa seseorang secara sendirian tidak akan mampu menerapkan totalitas islam. Qs. Al Qashash :83. Kita harus terus berjuang agar islam dapat tegak di negara kita. Tegaknya islam di negara kita hendaknya menjadi titik tolak bagi gerakan islam yang universal; dengan permulaan yang benar dan akhir yang selamat dengan izin Allah. Harus ada rentang waktu di mana prinsip-prinsip ikhwan dapat berkembang dan umat belajar bagaimana mengutamakan keperntingan umum dapripada kepentingan dirinya sendiri. Hasan Al Banna berkata, ”Medan kata-kata bukanlah medan khayal, medan aksi bukanlah medan kata-kata, medan jihad bukanlah medan aksi, medan jihad yang benar bukanlah medan jihad yang salah. Banyak orang berkhayal, tetapi tidak semua khayalan dalam benak mereka dapat diungkapkan dengan kata-kata. Banyak orang dapat berkata, tetapi sedikit di antaranya yang tegar ketika beramal. Dari yang sedikit ini banyak yang dapat bekerja, namun sedikit dari mereka yang sanggup memikul tanggung jawab jihad yang berat dan kerja keras. Sungguh, kepahlawanan hanya lahir bersama kesabaran, ketabahan, kesungguhan dan kerja yang berkesinambungan. Ustadz Hasan Al Banna labih mandahulukan kekuatan aqidah, iman, persatuan, dan ikatan hati sebelum kekuatan lainnya.
a.    Kekuatan Aqidah dan Iman
Standar ideal sosok yang berkekuatan iman dan aqidah adalah Rasulullah dan para sahabat. Kita harus berusaha mewujudkan sehat dan kuatnya aqidah, keselamatan iman, dan kesempurnaannya secara optimal agar kita memiliki titik tolak yang ideal, baik pada diri masing-masing kita maupun dalam barisan kita. Jangan kita biarkan orang lain memimpin, jika tidak untuk mencapai derajat shidiqin, syuhada dan shalihin. Bahkan kita harus melakukan usaha peningkatan diri agar dalam barisan kita terdapat orang-orang yang shalih, shidiq dan syahid. Di saat itulah shaf telah mencapai kekuatan aqidah dan iman, atau minimal patut mendapatkannya.
b. Kekuatan Persatuan dan Ikatan.
Persatuan kaum muslimin sedunia merupakan salah satu keharusan yang telah Allah swt. Amanahkan kepada mereka, khususnya persatuan di masing-masing negara yang mereka diami. Semua ini tidak akan terjadi kecuali dengan adanya beberapa faktor : seluruh kaum muslimin adil dan ikhlas, merefleksikan keteladannya pada setiap diri individu dan menciptakan suasana yang sehat dalam lingkungannya, telah terbangun kepercayaan mereka kepada fikrah, para tokoh, institusi, serta pandangan dan sikap-sikap operasionalnya, membentuk suatu kekuatan yang besar, terdapat derajat ideal kesatuan dan ikatan, adanya ikatan yang solid antara kelompok kader tingkat bawah dengan kader tingkat atas dan saling menaruh kepercayaan antar mereka.
5.    Sasaran pada Tujuan Kelima
Terwujudnya negara islam inti. ”Negara yang memimpin negara-negara islam lainnya, yang menggabungkan semua umat islam, yang mengembalikan keagungannya, serta mengembalikan tanah airnya yang telah hilang dan negerinya yang telah dirampas orang”.
6.    Sasaran pada Tujuan Keenam
Menegakkan negara islam yang tunggal atau menegakkan negara kesatuan islam yang menghimpun seluruh negara islam yang tunduk di bawah satu pucuk pimpinan pusat dan diketuai oleh seorang imam. Itulah yang dilakukan Rasulullah saw. Dan para khalifah dalam memimpin dan membimbing umat.
7.    Sasaran pada Tujuan Ketujuh.
Menegakkan negara islam intenasional yang berkah dan rahmatnya menaungi semua bangsa di dunia.
BAB VI
TAHAPAN-TAHAPAN DAKAWAH
Dalam Risalah Ta’alim, Imam Hasan Al Banna menyebutkan bahwa tahapan dakwah itu ada tiga macam :
  1. Ta’rif. Yaitu menyebarkan fikrah (ide) umum kepada orang banyak.
  2. Takwin. Yaitu memilih calon-calon kader yang baik dan layak untuk memikul tanggung jawab jihad dan menggabungkannya.
  3. Tanfidz. Yaitu jihad yang tidak mengenal kompromi, bekerja dalam mencapai tujuan yang berkesinambungan dan mengarungi berbagai ujian dan cobaan yang tidak akan mampu diatasi kecuali mereka yang benar-benar ikhlas.

APAKAH TA’RIF, TAKWIN, DAN TANFIDZ ITU?
Ta’rif terlaksana dengan menyampaikan dakwah kepada semua orang. Tahapan seruan, pengenalan, penyebaran fikrah, dan menyampaikannya kepada seluruh lapisan masyarakat.
Takwin itu memilih unsur-unsur yana baik untuk mengemban beban jihad, dan memadukannya antara yang satu dengan yang lain. Tahapan menyeleksi pendukung, mempersiapkan pasukan, dan memobilisasi shaf dari kalangan para mad’u.
Dakwah di era tanfidz adalah jihad yang tiada ragu dan perjuangan yang terus menerus untuk meraih cita-cita. Kesabaran dan cobaan tidak mungkin ditanggung kecuali oleh mereka yang jujur. Tidak mungkin meraih sukses di tahapan ini kecuali bersama totalitas ketaatan juga. Tahapan aksi dan produksi. Tandzim yaumi (pelaksanaan harian) dan tanfidz syamil (pelaksanaan total) berkaitan dengan realisasi tujuan-tujuan besar jama’ah.

BAB VII
RISALAH TA’ALIM DAN SENDI-SENDI PEMBENTUKAN PRIBADI ISLAMI

1.    Al-Fahm
Adalah engkau yakin bahwa fikrah kita adalah ‘fikrah islaniyah yang bersih’. Hendaknya engkau memahami islam sebagaimana kami memahaminya dalam batas-batas ushulul ‘isyrin :
a.    Islam adalah sistem menyeluruh yang menyentuh seluruh segi kehidupan
b.     Al Qur’an yang mulia dan sunnah Rasul yang suci adalah tempat kembali setiap muslim untuk memahami hukum-hukum islam
c.    Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah) adalah cahaya dan kenikmatan yang ditanamkan Allah di dalam hati hamba-Nya yang Dia kehendaki.
d.   Jimat, mantera, guna-guna, ramalan, perdukunan, penyingkapan perkara ghaib, dan semisalnya merupakan sebuah kemungkaran yang harus diperangi, kecuali mantera dari ayat Al Qur’an atau ada riwayatnya dari Rasulullah saw.
e.    Pendapat imam atau wakilnya tentang sesuatu yang tidak ada teks hukumnya, tentang sesuatu yang mengandung ragam interpretasi, dan tentang sesuatu yang membawa kemaslahatan umum bisa diamalkan sepanjang tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah umum syariat.
f.      Setiap orang boleh diambil atau ditolak kata-katanya, kecuali al ma’shum (Rasulullah saw).
g.    Setiap muslim yang belum mencapai kemampuan menelaah terhadap dalil-dalil hukum furu’, hendaklah mengikuti pemimpin agama.
h.    Khilaf dalam masalah fiqih furu’ hendaknya tidak menjadikan faktor pemecah belah agama, tidak menyebabkan permusuhan, dan tidak menyebabkan kebencian.
i.      Setiap masalah yang amal tidak dibangun di atasnya, sehingga menimbulkan perbincangan yang tidak perlu, adalah kegiatan yang dilarang secara syar’i.
j.      Ma’rifah kepada Allah dengan sikap tauhid dan penyucian (Dzat)-Nya adalah setinggi-tinggi tingkatan aqidah islam
k.    Setiap bid’ah dalam agama Allah yang tidak ada pijakannya tetapi dianggap baik oleh hawa nafsu manusia, baik berupa penambahan maupun pengurangan, adalah kesesatan yang wajib diperangi dan dihancurkan dengan menggunakan sarana yang sebaik-baiknya, yang tidak justru menimbulkan bid’ah lainnya yang lebih parah.
l.      Perbedaan pendapat dalam masalah bid’ah idhafiyah, bid’ah tarkiyah dan iltizam terhadap ibadah mutlaqah adalah perbedaan dalam masalah fiqih.
m.  Cinta kepada orang-orang shalih, memberikan penghormatan kepadanya, dan memuji karena perilaku baiknya adalah bagian dari taqarub kepada Allah.
n.    Ziarah kubur, kubur siapapun, adalah sunnah yang disyariatkan dengan cara-cara yang diajarkan Rasulullah.
o.    Doa apabila diiringi dengan tawasul kepada Allah dengan salah satu makhluk-Nya adalah perselisihan furu’ menyangkut tata cara berdoa, bukan termasuk masalah aqidah.
p.    Istilah keliru yang sudah mentradisi tidak akan mengubah hakekat hukum syar’inya
q.    Aqidah adalah pondasi segala aktivitas.
r.     Islam itu membebaskan akal pikiran, menghimbaunya untuk melakukan telaah terhadap alam, mengangkat derajat ilmu dan ulamanya sekaligus, serta menyambut hadirnya segala sesuatu yang melahirkan maslahat dan manfaat.
s.     Pandangan syr’i dan pandangan logika memiliki wilayah masing-masing yang tidak dapat saling memasuki secara sempurna
t.     Kita tidak mengkafirkan seorang muslim yang telah mengikrarkan dua kalimat syahadat, mengamalkan kandungannya, dan menunaikan kewajiban-kewajibannya.
2. Ikhlas
Hasan Al Banna berkata, “Yang kami kehendaki dengan sikap ikhlas adalah bahwa akhul muslim dalam setiap kata, aktivitas, dan jihadnya harus dimaksudkan semata-mata untuk mencari ridha Allah dan pahala-Nya, tanpa mempertimbangkan aspek kekayaan, penampilan, pangkat, gelar, kamajuan atau keterbelakangan. Dengan itulah ia menjadi tentara fikrah dan aqidah, bukan tentara kepentingan dan ambisi pribadi. Qs. 6 : 162-163


3. Amal
Hasan Al Banna berkata,”Yang saya maksud dengan amal(aktivitas) adalah buah dari ilmu dan keikhlasan”. Qs. 9 : 105
Adapun tingkatan amal yang dituntut dari seorang akh yang tulus adalah :
a.    Perbaikan diri sendiri (terciptanya syaksiyah muslim)
b.     Pembentukan keluarga muslim
c.     Pembimbingan masyarakat
d.   Pembebasan tanah air dari setiap penguasa asing
e.     Memperbaiki keadaan pemerintah sehingga menjadi pemerintahan islam yang baik
f.     Usaha mempersiapkan seluruh aset negeri di dunia ini untuk kemaslahatan islam
g.     Penegakkan kepemimpinan dunia dengan penyebaran dakwah islam di seluruh negeri
4.      Jihad
     Hasan Al Banna berkata, “Yang saya maksud dengan jihad adalah sebuah kewajiban yang hukumnya tetap hingga hari kiamat.” Qs. Al Hajj : 78
Peringkat pertama jihad adalah pengingkaran dengan hati dan peringkat terakhirnya adalah berperang di jalan Allah.
5.      Pengorbanan
   Hasan Al Banna berkata, “Yang saya maksud dengan tadhiyah (pengorbanan) adalah jiwa, harta, waktu, kehidupan, dan segala sesuatu yang dipunyai oleh seseorang untuk meraih tujuan.” Qs. 9 : 111 & 24
6.      Taat
Hasan Al Banna berkata, “Yang saya maksud dengan taat adalah menunaikan perintah dengan serta merta, baik dalam keadaan sulit maupun mudah, saat bersemangat maupun malas.” Hal demikian karena tahapan dakwah ini ada tiga, yakni ta’rif, takwin dan tanfidz.
7.      Tsabat (Teguh Pendirian)
Hasan Al Banna berkata, “Yang saya maksud dengan tsabat adalah bahwa seorang akh hendaknya senantiasa bekerja sebagai mujahid di jalan yang mengantarkan pada tujuan, betapapun jauh jangkauannya dan lama masanya hingga bertemu dengan Allah dalam keadaan yang tetap demikian.
8.      Tajarrud ( Totalitas)
Adalah bahwa engkau harus membersihkan pola pikir dari prinsip nilai dan pengaruh individu yang lain, karena ia adalah setinggi-tinggi dan selengkap-lengap fikrah. Qs. 2 : 138, Qs. Al Mumtahanan : 4
9.      Ukhuwah (persaudaraan)
Adalah terkaitnya hati dan ruhani dengan ikatan aqidah. Aqidah adalah sekokoh dan semulia-mulianya ikatan. Ukhuwah adalah saudaranya keimanan sedangkan perpecahana adalah saudaranya kekufuran. Kekuatan yang pertama adalah kekuatan persatuan. Tidak ada persatuan tanpa cinta kasih. Standar minimal cinta kasih adalah kelapangan dada dan standar maksimalnya adalah itsar Qs. Al Hasyr : 9, Qs. 9 : 71
10.  Tsiqah (percaya)
Adalah rasa puasnya seorang tentara atas komandannya, dalam hal kapasitas kepemimpinannya maupun keikhlasannya, dengan kepuasan mendalam yang menghasilkan perasaan cinta, penghargaan, penghormatan dan ketaatan. Qs. 4 : 65, Al Anfal : 63
Kewajiban-kewajiban Seorang Mujahid :
Hasan Al Banna berkata, “Imanmu kepada bai’at ini mengharuskanmu menunaikan kewajiban-kewajiban berikut, sehingga engkau menjadi ‘batu bata’ yang kuat bagi bangunan.”
1.    Memiliki wirid harian dari kitabullah tidak kurang dari satu juz. Usahakan untuk mengkhatamkan Al Qur’an dalam waktu tidak lebih dari sebulan dan tidak kurang dari satu hari.
2.    Membaca Al Qur’an dengan baik, memperhatikannya dengan seksama, dan merenungkan artinya.
3.    Mengkaji sirah Nabi dan sejarah para generasi salaf sesuai dengan waktu yang tersedia. Hendaklah engkau juga banyak membaca hadits Rasulullah saw minimal hafal 40 hadits; ditekankan untuk menghafal Al Arba’in An Nawawiyah. Hendaklah engkau juga mengkaji risalah pokok aqidah dan cabang-cabang fiqih.
4.    Bersegera melakukan general check up secara berkala atau berobat, begitu penyakit terasa mengenaimu. Di samping itu perhatikanlah faktor-faktor penyebab kekuatan dan perlindungan tubuh, serta hindarilah faktor-faktor penyebab lemahnya kesehatan
5.    Menjauhi sikap berlebih-lebihan dalam mengkonsumsi teh, kopi, dan minuman perangsang semisalnya. Janganlah engkau meminumnya kecuali dalam keadaan darurat dan hendaklah engkau menghindarkan diri sama sekali dari rokok.
6.    Memperhatikan urusan kebersihan dalam segala hal menyangkut tempat tinggal, pakaian, makanan, badan dan tempat kerja, karena agama ini dibangun atas dasar kebersihan
7.    Hendaklah engkau jujur dalam berkata dan jangan sekali-kali berdusta.
8.    Menepati janji; janganlah mengingkarinya, bagaimanapun kondisi yang engkau hadapi.
9.    Menjadi seorang yang pemberani dan tahan uji. Keberanian yang paling utama adalah terus terang dalam mengatakan kebenaran, ketahanan menyimpan rahasia, berani mengakui kesalahan, adil terhadap diri sendiri, dan dapat menguasainya dalam keadaan marah sekalipun
10.    Senantiasa bersikap tenang dan terkesan serius. Namun jangan keseriusan itu menghalangimu dari canda yang benar, senyum dan tawa.
11.     Memiliki rasa malu yang kuat, berperasaan yang sensitif, dan peka oleh kebaikan dan keburukan, yakni muncul rasa bahagia untuk yang pertama dan rasa tersiksa untuk yang kedua. Hendaklah engkau juga bersikap rendah hati dengan tanpa menghinakan diri, tidak bersikap taklid, dan tidak terlalu berlunak hati. Hendaklah engkau juga menuntut dari orang lain yang lebih rendah dari martabatmu untuk mendapatkan martabatmu yang sesungguhnya.
12.    Bersikap adil dan benar dalam memutuskan suatu perkara pada setiap situasi. Janganlah kemarahan melalaikanmu dari dari berbuat kebaikan, janganlah mata keridhaan engkau pejamkan dari perilaku yang buruk, janganlah permusuhan membuatmu lupa dari pengakuan jasa baik, dan hendaklah engkau berkata benar meskipun itu merugikanmu atau merugikan orang yang paling dekat denganmu.
13.    Menjadi pekerja keras dan terlatih dalam aktivitas sosial
14.    Berhati kasih, dermawan, toleran, pemaaf, lemah lembut kepada manusia maupun binatang, berperilaku baik dalam berhubungan dengan semua orang, menjaga etika-etika sosial islam, menyayangi yang kecil dan menghormati yang besar,dsb.
15.     Pandai membaca dan menulis, memperbanyak muthala’ah terhadap risalah ikhwan, koran, majalah dan tulisan lainnya. Membangun perpustakaan, konsentrasilah terhadap spesifikasi keilmuan dan keahlianmua jika engkau seorang spesialis dan kuasailah persoalan islam secara umum.
16.    Memiliki proyek usaha ekonomi
17.    Janganlah engkau terlalu berharap untuk menjadi pegawai negeri dan jadikanlah ia sebagai sesempit-sempit pintu rezeki, namun jangan pula engkau tolak jika diberi peluang untuk itu. Janganlah engkau melepaskannya kecuali jika ia benar-benar bertentangan dengan tugas-tugas dakwahmu.
18.    Memperhatikan penunaian tugas-tugasmu (bagaimana kecermatan dan kualitasnya), jangan menipu dan tepatilah kesepakatan.
19.    Memenuhi hakmu dengan baik, penuhi hak-hak orang lain dengan sempurna tanpa dikurangi dan dilebihkan dan janganlah menunda-nunda pekerjaan.
20.    Menjauhkan diri dari judi dan segala macamnya dan menjauhi mata pencaharian yang haram.
21.    Menjauhkan diri dari riba dalam setiap aktivitasmu dan sucikanlah ia sama sekali dari riba.
22.    Memelihara kekayaan umat islam secara umum dengan mendorong berkembangnya pabrik-pabrik dan proyek-proyek ekonomi islam.
23.    Memiliki kontribusi finansial dalam dakwah
24.    Menyimpan sebagian dari penghasilanmu untuk persediaan masa-masa sulit.
25.    Bekerja semampu yang engkau lakukan untuk menghidupkan tradisi islam dan mematikan tradisi asing dalam setiap aspek kehidupanmu.
26.    Memboikot peradilan setempat atau seluruh peradilan yang tidak islami, demikian juga gelanggang-gelanggang, penerbit-penerbit, organisasi-organisasi, sekolah-sekolah dan segenap institusi yang tidak mendukung fikrahmu secara total.
27.    Senantiasa merasa diawasi oleh Allah, mengingat akhirat.
28.    Bersuci dengan baik dan usahakan agar senantiasa dalam keadaan berwudhu (suci) di sebagian besar waktumu.
29.    Melakukan shalat dengan baik dan senantiasa tepat waktu dalam menunaikannya. Usahakan untuk senantiasa berjamaah di masjid jika itu mungkin dilakukan.
30.    Berpuasa ramadhan dan berhaji dengan baik.
31.    Menyertai dirimu dengan niat jihad dan cinta mati syahid.
32.    Memperbarui taubat dan istigfarmu
33.    Meningkatkan kemampuanmu dengan sungguh-sungguh agar engkau dapat menerima tongkat kepemimpinan.
34.    Menjauhi khamer dan seluruh makanan atau minuman yang memabukkan sejauh-jauhnya.
35.    Menjauh dari pergaulan dengan orang jahat dan persahabatan dengan orang yang rusak, serta jauhilah tempat-tempat maksiat.
36.    Memerangi tempat-tempai iseng, jangan sekali-kali mendekatinya, serta jauhilah gaya hidup mewah dan bersantai-santai.
37.    Mengetahui anggota katibahmu satu persatu dengan pengetahuan yang lengkap dan kenalkanlah dirimu kepada mereka dengan selengkap-lengkapnya. Tunaikanlah hak-hak ukhuwah mereka dengan seutuhnya.
38.    Menghindari hubungan dengan organisasi atau jamaah apapun, jika tidak membawa maslahat pada fikrahmu.
39.    Menyebarkan dakwahmu di manapun dan memberi informasi kepada pemimpin tentang segala kondisi yang melingkupimu.
40.    Menjalin hubungan, baik secara ruhani maupun ’amali, dengan jamaah dan menempatkan dirimu sebagai tentara yang berada di tangsi tengah menanti instruksi komandan
Allahu Ghayatuna, Ar Rasul Qudwatuna, Al Qur’an Syir’atuna, Al Jihad Sabiluna, Asy Syahadah Umniyyatuna. Qs. 61 : 10-14.

BAB VIII
URAIAN PELENGKAP
1. Beberapa Kaidah yang Sesuai dengan Tabiat Dakwah Kita dalam Manhaj Tsaqafah, Ta’lim dan Tarbiyah :
a.       Harus selaras dengan dakwah dan harakah kita.
b.      Harus memberikan kepada setiap muslim ketahanan moral agar terhindar dari kesesatan dan ketergelinciran, di samping terhindar pula dari penyelewengan pemikiran islam atau pemikiran jamaah.
c.       Harus meletakkan di tangan setiap muslim sebuah barometer yang dapat mengukur segala sesuatu yang melingkupinya dengan standar islam.
d.      Persepsi umum tentang ilmu pengetahuan dan perspektif islam.
e.        Peringkat keanggotaan bagi kita adalah : musa’id, muntasib, ’amil, mujahid, naqib, naib.
f.       Pemahaman yang menyeluruh terhadap islam, lapang dada menerimanya dan secara argumentatif meyakini bahwa dialah kebenaran.
g.      Memahami islam secara global dan rinci.
h.      Manhaj hendaknya selalu dijaga agar tidak membiarkan terjadinya cacat, baik dalam tsaqofah, ruhiyah maupun tarbiyah pada diri seorang muslim.
i.        Komitmen kepada islam pada gilirannya dapat mewujudkan berbagai nilai yang dibutuhkan oleh setiap diri muslim dan jamaah islam.
j.        Pada diri jamaah ikhwanul muslimin terdapat berbagai slogan, selain pembahasan tentang akhlak dan etika dalam kehidupan.
k.      Dalam manhaj baik secara ilmiah, tarbawiyah dan aplikasinya harus diperhatikan hal-hal yang dapat merealisasikan semua ini.
l.        Jamaah islam harus mempunyai sistem
m.    Di tubuh umat ini ada pejuang kebenaran yang tidak pernah terputus geraknya walau sejenak pun.
n.      Kita adalah gerakan tajdidi (pembaru).
o.      Totalitas islam selalu bersifat positif tanpa ada yang bersifat negatif
2. Peringkat Keanggotaan dan Hal-hal Prinsip di Dalamnya
            Hasan Al-Banna menyebutkan peringkat-peringkat keanggotaan yaitu musa’id, muntasib, ‘amil, mujahid, naqib, dan naib.
3.Beberapa Standar, Penjelasan dan Metodologi.
Standar keberhasilan pada peringkat pertama dalam manhaj kita dan diawal perjalanan keanggotaannya adalah pelaksanaan yang sempurna akan tuntutan iman, shalat, infaq, dan loyalitas secara penuh kepada jamaah. Qs 5 : 55-56.
Beberapa Penjelasan : sesungguhnya dakwah di peringkat takwiniyah bersifat sufi dan militer murni. Qs. 9 : 111-112.
Metodologi : Daurah (Training). Di peringkat ta’rif dapat dilaksanakan dalm waktu 30-40 hari berdasarkan Qs. 7 :142. Di peringkat takwin ada daurah ruhiyah, daurah fikriyah tentang fiqih dakwah, daurah amniyah, daurah pelatihan.

BAB IX
PENUTUP
Pembinaan yang sempurna agar timbul kepercayaan. Bahwa ada kaitan antara islam dan politik. Kita adalah jamaah yang bercita-cita agar islam memegang kendali dunia. Sehingga diperlukan perjuangan dengan penuh kesadaran. Dengan titik tolak yang dilandasi atas landasan taqwa, Qs. 9 : 109. Dengan totalitas dakwah, pembelajar tentag dakwah yang baik, sistem yang jelas dan keikhlasan pada-Nya. Kepada Allah-lah kita menggantungkan harapan dan meminta pertolongan, dan hanya kepada-Nya kita berserah diri.

Referensi :
Sa’id Hawwa “Membina Angkatan Mujahid” penerbit PT Era Adicitra Intermedia
Resume Buku Angkatan Mujahid by Sa’id Hawwa _ Seorang Pembelajar Sepanjang Zaman.htm.
be a precious girl  Resume buku Membina Angkatan Mujahid.htm
para pecinta Allah  Membina Angkatan Mujahid.htm

2 komentar: